Sekelas Jp Morgan Kecele Startup Abal-Abal Macam Frank - Glass Styles

Sekelas Jp Morgan Kecele Startup Abal-Abal Macam Frank

LONDON - MARCH 17:  The sign for JP Morgan is featured on a mirror inwards the headquarters of the depository fiscal establishment JP Morgan Chase on March 17, 2008 inwards London, England. JP Morgan Chase has bought out U.S. Investment depository fiscal establishment Bear Stearns for a minor per centum of its recent value afterwards Bear Stearns was forced to inquire for emergency funds from the U.S. Federal Reserve.  (Photo past times Cate Gillon/Getty Images)
Foto: Getty Images/Cate Gillon

Jakarta -

Perusahaan keuangan operate past times asal Amerika Serikat, JP Morgan Chase (JPMC) ditipu oleh seorang pendiri startup. Kejadian ini terungkap setelah JPMC mengakuisisi sebuah startup fintech bernama Frank.

Frank, sendiri merupakan startup yang memberikan layanan berupa pinjaman pendidikan kepada pelajar di AS. JPMC mengakuisisi Frank dengan biaya sebesar US$ 175 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun (dalam kurs Rp 15.250).

Dilansir dari Forbes, Minggu (15/1/2023), JPMC menuduh pendiri Frank Charlie Javice dan juga Oliver Amar telah memalsukan information pengguna startup. Frank diklaim memiliki 4,25 juga pengguna, padahal pengguna aslinya cuma 300 ribuan orang saja.

JPMC telah resmi menuntut Charlie Javice dan Oliver Amar denhan tuduhan pemalsu data. Gugatan diajukan akhir tahun lalu di Pengadilan Distrik AS di Delaware.

"Javice pertama kali menolak permintaan JPMC, dengan alasan bahwa dia tidak dapat membagikan daftar pelanggannya karena masalah privasi," tulis JPMC dalam gugatannya untuk menjelaskan kronologi kasus yang terjadi dengan Javice.

Diduga Javice dan Amar meminta direktur teknik Frank untuk membuat item pelanggan palsu setelah JP Morgan meminta item pengguna sebagai bagian dari pembicaraan pengambilalihan.

Setelah direktur tekniknya menolak, Javice kemudian diduga telah membayar US$ 18.000 atau sekitar Rp 274,5 juta kepada seorang profesor ilmu information untuk membuat jutaan akun palsu menggunakan information sintetis.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Pengacara Javice sendiri membantah tuduhan itu. Justru Javice malah mengajukan tuntutan balik yang menyebutkan JP Morgan berusaha untuk merusak perjanjian akuisisi yang sudah disepakati.

JP Morgan sendiri sudah menutup operasi Frank pada hari Kamis setelah gugatan itu dipublikasikan. Javice sendiri tetap bekerja sebagai direktur pelaksana yang mengawasi produk Frank setelah akuisisi dilakukan. Namun, JPMC menghentikan pekerjaannya pada bulan November.

Kasus penipuan ini cukup mengagetkan publik, pasalnya Javice sendiri sempat masuk dalam daftar Forbes thirty nether thirty di kategori Finance di tahun 2019. Daftar itu berisi thirty tokoh muda di bawah thirty tahun yang memiliki prestasi mentereng dan kontribusi besar bagi masyarakat.

Javice masuk daftar tersebut karena membesut startup Frank yang dapat mempercepat dan mempermudah proses pengajuan pinjaman pendidikan untuk mahasiswa di Amerika Serikat.

Forbes menyebut Javice mendirikan Frank dari awalnya cuma beranggotakan fifteen orang pada tahun 2016. Sejak saat itu, dia telah mengumpulkan US$ xvi juta pendanaan untuk Frank. Startup yang dibesutnya juga diklaim telah membantu 300.000 pengguna mengajukan permohonan bantuan keuangan.

Di sisi lain, Kepala Eksekutif JP Morgan Chase Jamie Dimon mengakui pihak membuat kesalahan pada akuisisi Frank yang dilakukan sejak September 2021.

"Akuisisi itu adalah kesalahan besar. Jelas ketika Anda bangun 300 kali setahun Anda akan mengalami kesalahan, dan kami tidak ingin perusahaan kami takut akan kesalahan dan tidak melakukan apa-apa," kata Dimon dalam pertemuan dengan analis.


Sumber darihttps://finance.detik.com/fintech/d-6516796/sekelas-jp-morgan-kecele-startup-abal-abal-macam-frank?single=1

0 Response to "Sekelas Jp Morgan Kecele Startup Abal-Abal Macam Frank"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel